8 Mahasiswa Aktivis ditangkap polisi,Guna Gelar lapak baca di Museum Uncen Jayapura papua

Jakarta,metronewstv.com Sejumlah delapan orang aktivitas GempaR Papua yang menggelar lapak baca di halaman Museum Universitas Cenderawasih, Kota Jayapura, ditangkap polisi pada Kamis (1/9/2022) pukul 15.33 WP. Hingga saat ini delapan orang itu masih diperiksa polisi di Markas Kepolisian Resor Kota Jayapura Papua 
Sekretaris Jenderal GempaR Papua, Nelius Wenda menuturkan delapan aktivis GempaR Papua yang ditangkap polisi itu sempat menggelar lapak baca di halaman museum Universitas Cenderawasih sejak pukul sekitar pukul 14.00 WP. Mereka adalah Vara Iyaba, Agust Helembo, Maikel Funangi, Melki Elopere, Katrin Mabel, Erwin Lokobal, Boy Iyaba, dan Ida Helakombo.
Wenda menuturkan saat kedelapan temannya tiba di Museum Universitas Cenderawasih, sudah ada mobil polisi yang terparkir di situ. Ketika para aktivis GempaR Papua itu menggelar lapak baca, polisi langsung menangkap mereka.

Betul teman-teman ditangkap delapan orang. [Ketika] teman-teman atur buku, aparat sudah jaga. Jadi [polisi] langsung angkat teman-teman, [dan membawa mereka] pakai mobil [polisi] itu,” ujarnya.

Wenda menyatakan lapak baca merupakan program GempaR Papua untuk menyediakan perpustakaan bagi masyarakat. Program itu dibuat guna meningkatkan minat baca masyarakat maupun mahasiswa di Kota Jayapura. “Karena minimnya fasilitas perpustakaan di Kota Jayapura, dan teman-teman membuat kegiatan itu,” ujarnya.

Wenda menyatakan para aktivis GempaR Papua memang tidak meminta izin kepada pengelola Museum Universitas Cenderawasih, karena lapak itu digelar hanya di halaman. “Teman-teman tidak minta izin, karena buka lapak di halaman, bukan memakai gedung,” katanya.

Wenda menyatakan pihaknya menerima informasi bahwa pengelola Museum Universitas Cenderawasih berkeberatan dengan lapak baca itu. Akan tetapi, para aktivis GempaR Papua bersepakat tetap membuka lapak sesuai jadwal. “Kami dapat informasi [bahwa pengelola museum berkeberatan] dari chat kawan-kawan tadi malam,” ujarnya.

Wenda menyatakan program lapak baca GempaR Papua seharusnya disambut bai di lingkungan kampus. Ia menilai pengelola Museum Universitas Cenderawasih maupun polisi terlalu represif.

Ia berharap Rektor Universitas Cenderawasih maupun pengelola Museum Universitas Cenderawasih mau membuka ruang bagi program lapak baca. “[Dengan menggelar lapak baca], teman-teman [yang kebetulan] lewat di situ bisa singgah, membaca, atau mendengar informasi,” ujar Wenda.

Kepala Museum Universitas Cenderawasih, Agus Samori menyatakan pihaknya tidak mengizinkan GempaR Papua membuka lapak baca di halaman musuem, karena tidak pernah menerima surat pemberitahuan kegiatan itu. “[Kami] tidak kasih izin, [karena] idak ada surat resmi atau pemberitahuan,” kata Samori saat dihubungi Jubi melalui panggilan telepon pada Kamis.

Berkaitan dengan penangkapan yang dilakukan polisi di lingkungan kampus, Samori menyatakan tidak tahu soal itu, karena hal ini sudah menjadi tanggungjawab pihak Rektorat Universitas Cenderawasih. “Tadi malam sudah konfirmasi dengan Pembantu Rektor III. Itu universitas punya tanggungjawab,” pungkasnya.

Laporan: Afrida surabut

Post a Comment

Previous Post Next Post